Dampak Ekonomi Tidak Langsung

PT TIMAH Tbk melalui Unit Metalurgi Muntok mengembangkan inovasi sosial yaitu Program Kampong AMOI (Kampung Agro Mandiri Terintegrasi). Program Kampung Amoi ini merupakan bentuk komitmen Perseroan dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat sekitar dengan prinsip zero waste. Program Kampong Amoi ini menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Kelurahan Tanjung dan Desa Air Limau yang masih bergantung pada daerah lain untuk mencukupi kebutuhannya, seperti tingginya kebutuhan kompos dan bibit tanaman di pulau Bangka, rendahnya ketahanan pangan di Muntok Bangka Barat, dan tingginya permintaan atas beberapa komoditas (ikan air tawar, unggas, dan sayuran). Unit Metalurgi Muntok berhasil memberdayakan kelompok tani yang sudah ada, dan mengembangkan kelompok baru, yang anggotanya terdiri dari pekerta tidak tetap seperti penambang liar. Kegiatan yang dilakukan seperti: composting, peternakan, pembibitan, dan perikanan yang semuanya sudah terintegrasi dalam satu area. Perseroan juga memberikan berbagai pelatihan teknis dan pendukung, pembangunan sarana infrastruktur, dan pembinaan bagi masyarakat sekitar. Perseroan bersama kelompok binaan melakukan pembinaan untuk Vermicomposting, pertanian holtikultura, dan perikanan aquaponik, serta membangun Warung Amoi sebagai wadah untuk emnampung seluruh produk hasil olahan kelompok binaan. Program Kampong Amoi berhasil membawa Kelurahan Tanjung menjadi peserta Program Kampung Iklim.

PT TIMAH Tbk melalui Unit Metalurgi Kundur mengadaptasi dan memitigasi dampak perubahan iklim, dengan meningkatkan ketahanan pangan dan mendorong masyarakat Pulau Setunak untuk dapat melindungi Mangrove. Perseroan memberikan pembekalan berupa pelatihan terkait budidaya kepiting dan satu hidroponik, pembukuan dan pemasaran hasil panen. Selain pelatihan, Perseroan juga memberikan bantuan berupa pembuatan 2 kolam, pemberian modal benih kepiting, dan instalasi hidroponik. Masyarakat Pulau Setunak yang awalnya hanya mengandalkan hasil tangkapan laut, sekarang dapat membudidayakan kepiting dan bibit mangrove menjadi nilai tambah dan meningkatkan ketahanan pangan masyarakat. Selain itu juga Perseroan memberikan pembinaan terkait pengelolaan sampah menjadi kompos dan ecobreak. Diharapkan dengan adanya bantuan yang diberikan Unit Metalurgi Kundur, masyarakat Pulau Setunak dapat meningkatkan perekonomian, ketahanan pangan, dan menjadi kawasan yang lebih asri, serta menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan.

Kampong Reklamasi Selinsing telah menjadi obyek wisata alternatif di Belitung Timur. Sebelumnya, Kampong Reklamasi Selinsing merupakan lahan bekas penambangan timah milik Perseroan yang berhasil diubah menjadi satu alternatif destinasi wisata di pulau Belitung. Kampong Reklamasi Selinsing menyediakan berbagai kegiatan pelibatan masyarakat, seperti pembibitan, pengomposan, budidaya ternak, budidaya ikan sistem keramba jaring apung, perbaikan void, budidaya tanaman hortikultura, tanaman buah, tanaman kehutanan, dan kegiatan lainnya. Pengelolaan Kampong Reklamasi Selinsing dilakukan bekerja sama dengan BUMDes Selinsing.

Dengan adanya Kampong Reklamasi Selinsing sebagai obyek wisata, masyarakat sekitar dapat menikmati keindahan alam dan juga meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Selain itu, terdapat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang berkapasitas 10 KWP. PLTS ini digunakan untuk menunjang program penyediaan sumber energi listrik ramah lingkungan di Kampong Reklamasi Selinsing.

Investasi Sosial Masyarakat

Perseroan telah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial kemasyarakatan, baik untuk Program TJSL, PUMK, maupun PPM. Selama tahun 2022, Perseroan telah mengeluarkan sebesar Rp33,15 miliar untuk mendukung pelaksanaan ketiga program kami. Setiap program mendapatkan alokasi sebesar Rp14,68 miliar adalah untuk kegiatan dalam rangka Program TJSL, sebesar Rp1,18 miliar untuk kegiatan dalam rangka Program PUMK, dan sebesar Rp17,29 miliar untuk Program PPM. Total dana ini menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp54,31 miliar, hal ini dikarenakan menyesuaikan dengan realisasi produksi Perseroan.